JAVANESE TC
Melihat gaib dengan cakra mata ketiga adalah melihat gaib dengan mendayagunakan kemampuan gaib dari cakra energi yang ada di dahi, di antara 2 alis mata (cakra ajna).
Melihat gaib dengan cakra mata ketiga adalah melihat gaib dengan mendayagunakan kemampuan gaib dari cakra energi yang ada di dahi, di antara 2 alis mata (cakra ajna).
Yang
tidak disadari oleh banyak orang adalah pada saat seseorang melihat
gaib dengan cakra mata ketiga ini, roh sedulur papatnya bergerak keluar
dari tubuhnya (pergerakannya tidak disengaja dan tidak disadari).
Bila
digunakan untuk melihat jauh, maka roh sedulur papatnya akan keluar
dari tubuhnya mendatangi objek sasaran yang ingin dilihat, kemudian
mengirimkan gambarannya kepada roh pancernya di dalam tubuh (kesadaran /
pikiran) melalui jalur energi cakra mata ketiga.
Dengan kata lain, yang bisa melihat gaib adalah sedulur papatnya, bukan pancernya (bukan orangnya). Apa saja yang
dilihat oleh roh sedulur papatnya itu disampaikan (disambungkan) kepada pancernya
melalui jalur energi cakra mata ketiga, sehingga pancernya dapat ikut
melihatnya, sehingga orangnya "merasa" bisa melihat gaib secara
langsung dan secara sadar.
Jadi, yang melihat gaib adalah sedulur papatnya, yang pada saat seseorang
sedang melihat gaib roh sedulur papatnya itu bergerak keluar dari tubuhnya
mendekati objek yang ingin dilihat dan kemudian mengirimkan
gambaran penglihatannya kepada sukma di dalam tubuh (roh pancer) melalui
jalur komunikasi cakra energi mata ketiga.
Kemampuan melihat gaib dengan mata ketiga kuncinya adalah pada adanya ikatan kuat dan
komunikasi antara sedulur papat yang berada diluar tubuh dengan sukma di
dalam tubuh, melalui jalur komunikasi cakra energi mata ketiga.
Sebenarnya
tidak tepat menyebut kemampuan ini sebagai melihat gaib dengan cakra
mata ketiga, karena yang melihat gaib adalah sukmanya (sedulur papat dan
pancernya), bukan cakra mata ketiganya, sehingga orang tidak bisa
memiliki kemampuan ini hanya dengan cara membuka cakra mata ketiganya.
Orang-orang
yang dikatakan bisa melihat
gaib dengan cakra mata ketiga, sebenarnya bukanlah dengan cakra mata
ketiganya itu ia melihat gaib. Orang bisa melihat gaib karena sudah
aktifnya saraf-saraf imajinasi di kepalanya yang itu memudahkan
pikirannya (pancernya) menangkap sinyal gaib dari sedulur papatnya atau
dari khodamnya atau dari roh halus lain, sehingga orang tidak bisa
melihat gaib hanya dengan cara membuka cakra mata ketiganya saja.Aktifnya saraf-saraf imajinasi itu adalah yang dengan sengaja dirangsang dalam orang bermeditasi untuk tujuan melihat gaib, atau dengan melatih kepekaan / olah rasa atau dengan cara orangnya membiasakan diri berdiam di tempat yang gelap dan sunyi. Tetapi jika saraf-saraf imajinasinya itu belum aktif, mungkin orang bisa mendeteksi kegaiban dengan rasa, dengan saraf-saraf kepekaan rasa di dada.Kemampuan melihat gaib ini tidak begitu saja secara otomatis terjadi pada orang yang telah terbuka cakra energi mata ketiganya.
Dengan telah terbukanya cakra energi di dahi memang akan memfasilitasi "jalur komunikasi" antara sedulur papat di luar tubuh dengan sukma di dalam tubuh. Tetapi cakra-cakra tubuh yang dibuka dengan teknik pengolahan energi tubuh tidak langsung berhubungan dengan alam gaib dan kegaiban, misalnya yang dibuka dengan tenaga dalam / prana / kundalini. Untuk dapat melihat gaib harus ada sugesti pergerakan sukma, walaupun pergerakan itu seringkali terjadi tidak disadari dan tidak disengaja. Untuk keperluan melihat gaib, maka cakra-cakra tersebut harus dibuka khusus untuk tujuan kegaiban, bukan untuk tujuan yang sama dengan pengolahan energi tubuh.
Kemampuan seseorang yang bisa melihat gaib melalui cakra mata ketiga merupakan suatu kelebihan dibandingkan orang lain yang tidak bisa, tetapi dari sisi keilmuan, kemampuan itu juga masih mempunyai kelemahan.
Walaupun
dengan kemampuan melihat gaib melalui cakra mata ketiga orang merasa
dapat melihat gaib secara langsung dengan cukup jelas, tetapi seringkali
kemampuan melihat gaib dengan cara ini hanya dapat untuk melihat kegaiban
tingkat rendah saja. Cakra mata ketiga merupakan bagian dari fisik
manusia yang kekuatannya terbatas, dan kemampuan melihat gaib dengan
cakra mata ketiga tersebut sangat bergantung pada kekuatan energi
cakranya. Sesudah bisa melihat gaib, biasanya seseorang sudah
merasa puas, kekuatan energi cakra mata ketiganya tidak ditingkatkan
kualitasnya, sukmanya sendiri (roh pancer dan sedulur papatnya) juga
tidak diolah untuk memiliki kekuatan gaib yang tinggi, kepekaan batinnya
juga tidak dilatih supaya lebih tajam, sehingga secara keseluruhan
seringkali kemampuan ini hanya dapat digunakan untuk melihat /
mendeteksi keberadaan gaib yang berdimensi rendah saja, tidak bisa melihat / mendeteksi keberadaan gaib yang berdimensi tinggi.
Melihat gaib melalui cakra mata ketiga mengharuskan adanya komunikasi
antara roh sedulur papat dengan roh pancer. Dengan demikian seseorang
harus melakukannya dengan konsentrasi khusus (dan seringkali juga akan
melelahkan pikiran). Selain kualitas energi di cakra mata ketiganya, kualitas penglihatan gaibnya juga tergantung pada
kemampuannya membaca gambaran gaib yang dikirimkan oleh roh sedulur
papatnya yang mengalir di pikirannya.
Ketergantungan
pada kemampuan melihat gaib akan menyebabkan seseorang menjadi tidak
peka batinnya, tidak bisa mendeteksi kegaiban di lingkungannya berada,
tidak bisa mengedepankan "rasa".
Orang-orang
yang peka rasa batinnya
akan dapat merasakan suasana gaib di lingkungannya berada, tetapi
orang-orang yang terbiasa melihat gaib seringkali
menjadi tidak peka, tidak dapat merasakan suasana gaib di lingkungannya,
kecuali mereka melihat sendiri sosok-sosok wujud gaibnya. Karena
kurangnya
kepekaan dan ketajaman batinnya seringkali juga pemahaman mereka menjadi
dangkal, yang mampu mereka lihat hanya sebatas kulitnya saja, hanya
luarnya saja, dan yang dimensinya rendah saja, tidak mampu menelisik
lebih dalam, dan tidak mampu mengetahui kesejatian dari apa yang
dilihatnya, malahan seringkali orang-orang tersebut tertipu dengan
penglihatannya sendiri. Dan dari apa yang dilihatnya itu, seolah-olah
dirinya benar-benar menguasai ilmu melihat gaib, kepada orang lain yang
awam mereka akan
memberikan cerita-cerita dan penjelasan yang seringkali tidak sesuai
dengan aslinya hakekat dan kesejatian dari kegaibannya, ceritanya
dilebih-lebihkan, ketinggian, akan
banyak bersifat dogma dan pengkultusan.
Kelemahan
lainnya, orang-orang yang memiliki kemampuan melihat gaib seperti di
atas seringkali tidak dapat mengendalikan penglihatannya, mata ketiganya
terus terbuka dan terus melihat gaib, walaupun tidak sedang ingin
melihat gaib.
Pada
orang-orang tersebut, kelemahan lainnya adalah jika kekuatan sukmanya
masih rendah dan penyatuan antar sukma belum cukup kuat. Misalnya saja
kemampuan melihat gaibnya itu digunakannya untuk melihat sesosok gaib
yang ternyata "berbahaya", atau dalam kondisi tidur dan bermimpi roh
sedulur papatnya
pergi keluar dari tubuhnya diluar kontrolnya. Kondisi itu suatu saat
akan dapat menjadi
musibah jika roh sedulur papatnya itu ditangkap oleh roh halus lain.
Akibatnya, orang tersebut akan dapat menjadi lemah ingatan, lupa
ingatan, lemah tubuhnya dan sakit-sakitan, sering bengong melamun tak
sadar diri, dsb. Apalagi jika sedulur papatnya itu disiksa oleh sosok
gaib yang menangkapnya, atau dikejar-kejar, sedulur papatnya itu akan
memberikan gambaran
apa yang dialaminya itu kepada orangnya (pancernya) yang kemudian bisa
menyebabkan orangnya selalu merasa ketakutan, merasa berhadapan,
diserang atau dikejar-kejar mahluk halus, karena
sedulur papatnya itu memang sedang berhadapan dengan mahluk halus,
ditangkap,
disiksa atau dikejar-kejar.
Kasus
di atas ada juga yang terjadi pada orang-orang yang sedulur papat
terpisahnya ditangkap, disandera, atau disiksa oleh mahluk halus lain.
Kemampuan
melihat gaib dengan mata ketiga banyak dimiliki oleh orang-orang yang
melatih melihat gaib dengan jalur ilmu kebatinan / spiritual, dengan
tambahan mantra dan amalan melihat gaib. Tetapi umumnya mereka itu masih
dalam tahap pemula, yang kekuatan sukmanya belum cukup tinggi, sehingga
sedulur papatnya harus pergi keluar mendatangi objek yang ingin dilihat
supaya penglihatannya menjadi jelas. Sedangkan jika kekuatan sukmanya
sudah tinggi umumnya orang-orang itu melihat gaib secara batin. Dengan
melihat secara batin itu orangnya dengan kebatinan dan kekuatan sukmanya
yang tinggi ikut "bermain" di alam roh, bukan sekedar melihat gaib
saja. Pada tingkatan yang sangat tinggi orang melihat gaib secara roh,
tetapi hanya sedikit sekali orang yang mampu melakukannya.
Pada masa sekarang ini sangat jarang ada orang yang bisa melihat gaib dengan mata ketiga, apalagi yang terjadi secara alami. Kebanyakan orang melakukannya dengan melihat gaib
secara batin, termasuk para praktisi paranormal dan praktisi ilmu gaib
yang sering muncul di televisi. Sebenarnya yang mereka lihat juga hanya
sekelebatan bayangan saja, tidak sempurna, sehingga pengetahuan mereka
tentang alam gaib juga terbatas. Tetapi ada juga yang dengan mempertunjukkan keilmuan
gaibnya yang lain mereka tampak seolah-olah benar mumpuni dalam hal
melihat gaib. Tetapi kemampuan mereka itu (pada sebagian saja dari
mereka) sudah dilatih, sehingga penglihatan mereka dapat lebih tajam dan
lebih jelas, bukan hanya melihat sekelebatan bayangan saja.
Pada
masa sekarang ini orang-orang yang dikatakan memiliki kemampuan melihat
gaib dengan cakra mata ketiga, yang dikatakan bisa melihat gaib dengan
cukup
jelas, apalagi yang kemampuannya itu terjadi dengan sendirinya tanpa
orang itu pernah melatih kepekaan melihat gaib, kebanyakan sebenarnya
adalah orang-orang yang dirinya mengalami ketempatan sesosok
mahluk halus di dalam tubuhnya, terutama di dalam kepalanya.
Pada
orang-orang itu sosok gaib di kepalanya itu memberikan banyak
penglihatan gaib, termasuk ilusi dan halusinasi. Ketika orangnya ingin
melihat / menerawang jauh, karena kondisi kekuatan sukma dan kebatinan
orangnya masih lemah, tidak cukup kekuatannya untuk bisa melihat
/ menerawang jauh, maka di luar sepengetahuannya sosok halus di
dalam kepalanya itu memaksa sedulur papatnya untuk keluar mendatangi objek
yang ingin dilihatnya supaya penglihatannya menjadi jelas. Sesudah
sedulur papatnya itu melihat objeknya, kemudian mereka "melapor" kepada
sosok halus yang di dalam kepala melalui jalur energi cakra mata ketiga. Sesudahnya barulah kemudian si sosok halus di
dalam kepalanya itu
memberikan penglihatan gaibnya itu kepada orangnya (pancernya), sehingga orangnya "merasa" bisa melihat gaib. Tetapi apa
saja isi penglihatan gaibnya itu semuanya sudah "disetir" atau
sudah "dibentuk" oleh sosok halus di kepalanya itu, tidak semuanya asli apa
adanya.
Tetapi dengan ia merasa bisa melihat gaib itu tanpa disadarinya ia
sudah "memperbudak" sedulur papatnya sendiri dan meresikokan sedulur
papatnya untuk bertemu / berhadapan dengan mahluk-mahluk halus di alam
gaib.
Di sisi lain ada juga orang-orang yang ketempatan sesosok mahluk halus di dalam badannya. Pada orang-orang ini sosok gaib di dalam badannya itu juga memberikan banyak penglihatan gaib, termasuk ilusi dan halusinasi. Tetapi ketika orangnya ingin melihat /
menerawang jauh, biasanya sosok
halus di badannya itu tidak memaksa sedulur papatnya untuk keluar
mendatangi objek yang ingin dilihatnya, sehingga penglihatan gaibnya
tidak cukup jelas dibandingkan orang-orang yang ketempatan mahluk halus
di kepalanya. Tetapi kasusnya sama juga, apa saja isi penglihatan gaibnya itu semuanya sudah "disetir" atau sudah "dibentuk" oleh sosok halus di badannya itu, tidak semuanya asli apa adanya.
Selain
sesosok halus yang berdiam di dalam kepala / badan, ada juga
orang-orang yang memiliki khodam ilmu atau khodam pendamping.
Khodam-khodam itu juga banyak yang sering memberikan gambaran gaib
kepada orangnya sehingga orangnya merasa bisa melihat gaib (merasa
mengerti gaib).
Pada orang-orang itu, yang merasa bisa melihat gaib karena dirinya menerima penglihatan gaib dari sesosok mahluk halus di dalam tubuhnya, atau menerima penglihatan gaib dari khodam ilmu / pendampingnya, yang sebenarnya bukan orangnya sendiri yang bisa melihat gaib, tetapi orangnya merasa bisa melihat gaib karena si mahluk halus itu memberinya gambaran gaib, yang orangnya merasa bisa melihat gaib karena menerima gambaran gaib yang mengalir di dalam kepalanya dari khodamnya, kemampuan mereka melihat gaib itu oleh Penulis dikategorikan sama dengan melihat gaib dengan bantuan khodam.
Dengan adanya uraian di atas, maka untuk kita yang merasa bisa melihat gaib, yang kemampuan itu terjadi dengan sendirinya tanpa kita pernah melatih kepekaan rasa, tanpa kita pernah melatih kepekaan batin untuk bisa melihat gaib, apalagi kalau kita sering melihat gaib di saat-saat yang tidak kita inginkan, melihat gaibnya mengalir sendiri di luar kontrol kita, sebaiknya menjadi bahan tersendiri untuk kita berwaspada, jangan-jangan kita sendiri sudah mengalami diri kita ketempatan mahluk halus, entah di dalam kepala ataupun di dalam badan kita, atau mungkin juga sebenarnya kita memiliki sesosok khodam pendamping.
Terhadap semua bentuk pengisian ilmu dan khodam yang langsung mengisikannya ke dalam tubuh kita haruslah kita lebih berhati-hati, terutama pada efek samping selanjutnya, karena jika ternyata nantinya ada resiko negatifnya yang benar-benar kita alami, tidak semua orang mampu mendeteksi faktor penyebabnya, apalagi untuk menangkal dan menanggulanginya. Tidak semua orang yang bisa melihat gaib, termasuk para spiritualis kawakan, mampu dengan benar untuk mendeteksi / melihat sosok gaib yang berdiam di dalam badan atau kepala seseorang. Seringkali mereka sendiri malah ditipu penglihatan gaib dan pengertiannya, sehingga akan keliru dan mengatakan bahwa orang yang ketempatan mahluk halus itu mempunyai khodam penjaga, khodam leluhur, dsb. Dengan demikian mereka tidak dapat mendeteksi dengan benar untuk menilai sisi negatifnya, apalagi untuk menangkalnya.
089690497604 (WA/Call)
wongalus.banten@gmail.com
SEMOGA MENAMBAH WAWASAN KITA SEMUA....
wassalam
No comments:
Post a Comment
silahkan komen,share ilmu dan pengalaman nya di sini